Nelayan Cilacap Panen Ubur-ubur.
KBRN, Cilacap : Nelayan di pesisir selatan Cilacap dalam beberapa hari terakhir panen ubur-ubur. Ubur-ubur yang termasuk dalam kelas Scyphozoa ini muncul di saat para nelayan kesulitan mendapatkan ikan.
Para nelayan di komplek Pelabuhan Perikanan Cilacap (PPC) Kelurahan Tegalkamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan.
terlihat sibuk memindahkan hasil tangkapan ubur-ubur di tepian Kali Yasa. Setelah ditimbang ubur-ubur kemudian ditampung di bak penampungan sementara yang dibuat dari terpal.
Jenis ubur-ubur yang bisa dimakan ini kemudian dijual kepada tengkulak yang selanjutnya diekspor ke beberapa Negara.
Sudarto, nelayan setempat mengaku bersyukur munculnya ubur-ubur di saat nelayan kesulitan ikan akibat gelombang tinggi.
Dalam sekali melaut nelayan perahu kecil mampu mendapatkan penghasilan minimal Rp1 juta, dengan perolehan 1–1,5 ton ubur-ubur hanya dalam tempo 3–4 jam.
“Harga ubur-ubur antara Rp700–Rp800 per kilogram. Untuk perahu kecil seperti kami bisa memperoleh 1 ton lebih, berangkat jam 06.00 pagi pulang jam 10.00. Kalau perahu besar jelas lebih banyak lagi,” katanya.
Dikatakan ubur-ubur selalu muncul di musim kemarau dalam radius 7–10 km ke tengah laut.
“Kalau musim panas (ubur-ubur) muncul bisa satu bulan atau lebih tergantung musim kemarau berapa lama. Paling jauh 10 km sudah ada ubur-ubur,” ujarnya.
Sekretaris DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Teuku Iskandar Muda membenarkan masyarakat nelayan tengah menikmati panen ubur-ubur.
“Sudah 3 hari ini nelayan Cilacap panen ubur-ubur. Pantauan kami, harga jualnya seragam kisaran Rp700 sampai Rp800 per kilogram. Bagi kami yang penting nelayan bisa beraktiivitas melaut dan bisa menjual hasil tangkapannya,” ucapnya.
Ditambahkan ubur-ubur berkepala besar dan kaki pendek ini berbeda dengan ubur-ubur yang beracun dan membahayakan manusia.
“Kalau yang itu (beracun) sudah muncul saat libur Lebaran lalu. Kepalanya kecil, kakinya panjang mencapai 1 meter. Yang ini beda, kepalanya besar kaki pendek bisa dikonsumsi,” imbuhnya.
Terpisah Ketua DPC HNSI Cilacap Sardjono menambahkan ubur-ubur ini merupakan migrasi dari Australia.
“Musim kemarau dan cuaca dingin, ubur-ubur ini datang dari Australia, besar di jalan mengikuti arus air dan angin” tuturnya.
Editor : Erik Stiyanto